Kamis, 30 Oktober 2008

KOK DESAKU HILANG DARI PETA



Dimana gerangan letak desaku?. Desa dimana aku dilahirkan.Tempat dimana aku dibesarkan. Ya…sekurang-kurangnya tiga puluh lima tahun paru-paruku menghirup udara segar pegunungan di desaku itu. Selama itu pula desaku memberiku ruang gerak. Memberiku lahan bermain di masa kecil. Bermain petak umpet, bermain galah, gatrik, pecle, main bola  pakai jeruk bali di kolam kering, naik gunung, panjat tebing, panjat pohon, berburu tupai, renang di sungai (leuwi) yang airnya sangat jernih. Pokonya berbagai permainan anak yang mungkin tidak dilakukan lagi anak kecil masa kini. Desaku pula tempat tawa dan canda dengan teman, kerabat atau sobat. Tempat merajut persahabatan. Tempat mengukir kenangan yang tak pernah lekang oleh waktu. 

Wah...wah kok jadi panjang dan menjurus ke "curhat", bukankah hanya ingin menjelaskan dimana letak desaku?. Itulah sulitnya, ya... sumpah sulit banget, karena desaku kecil dan tidak terkenal lagi. Dalam peta Indonesia saja, desaku tidak tertera. Dalam peta Propinsi hanya tertera sebuah titik, itupun menunjukan kota kecamatan. Baru nampak dalam peta Kabupaten, itupun tidak lebih besar dari sebutir kacang kedelai. Yaah.......kacian desaku. Sehingga aku berpikir apakah desaku sekecil dan tidak terkenal itu punya arti buat negeri ini?

Karena kecil dan tidak bekennya desaku, aku bingung melukiskan dimana letak desaku. Kalau menjelaskan letak desaku itu kepada orang se Kabupaten atau se Propinsi, barangkali bisa dengan bantuan peragaan tangan : belok kiri, terus lurus, jalan menurun kemudian naik, luruuus dan belok kanan, nyebrang sungai.....nah disanalah... tanganku sambil "papuket". Tapi untuk menjelaskan kepada pembaca blogku yang luas???. Cape deh...

Okey, aku coba mulai dari Jakarta. Lho.....kenapa Jakarta? apa dekat Jakarta ?. Bukan !!! Jakarta kan ibu kota negara kita (kami kalee...) . Negara Indonesiaku tercinta dan desaku merupakan salah satu dari 69.919 desa/kelurahan di Indonesia. Siapa sih yang tidak mengenal ibu kota negara Indonesia. Tidak mengenal Jakarta. Kalau saja ada anggapan orang mancanegara hanya mengenal Bali, mudahlah.....suruh mereka terbang lagi dari bandara Ngurah Rai dan mendarat di bandara Soekarno - Hatta. Beres kan! ( Gitu aja kok repot, ya Gus...).

Untuk menuju desaku, dari Jakarta masih harus menempuh perjalanan darat (pakai jalan tol selama 1,5 - 2 jam) sepanjang kurang lebih 219 km, itupun baru sampai di Ibu Kota Propinsi. Yah...baru sampai di Kota Bandung, Kota kembang, Paris Van Java, kota yang pernah dijadikan tempat konperensi Asia-Afrika dan Sidang Konstituante yang menoreh sejarah hingga akhirnya harus keluar dekrit presiden untuk kembali ke UUD 1945.....(STOP ah !!! ). Yang jelas desaku merupakan salah satu desa dari 5.778 desa/kelurahan di Jawa Barat.

Dari kota Bandung ke desaku masih harus menempuh perjalanan jauh sekitar 270an km ke arah tenggara melalui jalan yang berkelok-kelok, membelah gunung menyebrangi sungai (tapi jalannya hotmix lho..) dan sampailah di Ibu Kota Kabupaten yang terkenal sebagai kota yang paling MANIS diseantareo kota. Ciamis, ya......Ciamisku. Desaku adalah salah satu dari 341 desa/kelurahan di Kabupaten Ciamis.

He..he..he.. puter-puter ke Ciamis segala. Padahal untuk menuju desaku bisa tanpa ke Ibu Kota Kabupaten (Ciamis) dulu. Simpelnya menuju desaku adalah Bandung - Cicalengka - Nagreg - Ciawi - belok kiri kearah Panjalu, 7 km dari Ciawi pasti sampai di DESA PANUMBANGAN. Kalau kebablasan dari Ciawi karena ketiduran dan baru bangun di, Rajapolah, tinggal belok kiri saja menuju Cihaurbeuti. Hati-hati di Cihaurbeuti belok kiri lagi, sebab kalau ke arah kanan pasti sampai di Ciamis lewat Sindangkasih. Ambil jurusan Panjalu dan 11 km sebelum obyek Wisata Pegunungan Situ Lengkong disanalah DESAKU TERCINTA PANUMBANGAN.

Ha... ha... ha... yang membaca puyeng.... sama dengan yang bikin posting juga lagi Lieuuuuur..